Jakarta, detikpos.id – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi menerapkan metode pembelajaran Deep Learning mulai Tahun Ajaran 2025. Program ini ditargetkan berlaku secara nasional di 80–100 persen sekolah pada rentang waktu 2028 hingga 2030.
“Penerapan menyeluruh direncanakan pada 2028–2030 untuk pembelajaran mendalam,” ujar Dirjen Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru Kemendikdasmen, Nunuk Suryani, dalam konferensi pers di Kantor Kemendikti Saintek, Jakarta, Rabu (4/6/2025).
Saat ini, pembelajaran mendalam telah memasuki tahap pilot project yang difokuskan pada persiapan dan uji coba melalui penyusunan naskah akademik, sosialisasi, bimbingan teknis, serta implementasi di sejumlah sekolah percontohan.
“Kami berharap ada dukungan dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) di provinsi-provinsi untuk menyukseskan implementasi ini,” imbuh Nunuk.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa program ini akan terus dievaluasi secara menyeluruh dan konsisten, guna menjamin mutu serta dampak pembelajaran terhadap siswa.
“Sistem penjaminan mutu akan dilihat secara berkala agar program ini benar-benar meningkatkan kualitas pendidikan,” tegasnya.
Tidak Menghapus Kurikulum Lama
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menegaskan bahwa pendekatan Deep Learning tidak menggantikan kurikulum yang ada. Sekolah tetap dapat menggunakan Kurikulum Merdeka atau Kurikulum 2013 (K-13).
“Kalau kurikulumnya bagaimana? Ya tetap. Yang Merdeka tetap Merdeka, yang K-13 tetap K-13,” jelas Mu’ti.
Namun demikian, pendekatan Deep Learning diyakini akan memperdalam proses belajar siswa. Alih-alih mengejar banyak materi, metode ini lebih menekankan pada makna, nilai, dan pemahaman esensial dalam pembelajaran.
“Deep Learning akan sukses jika materi pelajaran tidak terlalu banyak, dan pembelajaran lebih fokus pada nilai serta kemampuan mentransformasi pengetahuan ke berbagai konteks,” jelas Mu’ti dalam Seminar Nasional dan Sosialisasi Program Deep Learning, Senin (17/2/2025).
Tiga Prinsip Utama Deep Learning
Mu’ti juga menjelaskan tiga prinsip utama yang menjadi fondasi metode ini, yaitu:
- Mindful – Pembelajaran dilakukan dengan penuh kesadaran, menghargai setiap siswa, dan memberi ruang bagi mereka menemukan cara belajar yang paling efektif.
- Meaningful – Proses pembelajaran harus memiliki makna dan relevansi, membantu siswa memahami manfaat dari ilmu yang mereka pelajari.
- Joyful – Belajar harus menjadi pengalaman yang menyenangkan, menggugah semangat, dan membawa pencerahan.
“Deep Learning bukan sekadar menghafal, tapi proses menemukan makna. Inilah yang membuat seseorang merasa gembira saat belajar,” tutur Mu’ti.
Ia menambahkan, pintu awal pembelajaran mendalam adalah attention (perhatian). Ketika perhatian tercurah, seluruh pancaindra, pengalaman, dan pengetahuan akan menjadi bahan bakar rasa ingin tahu siswa.
Redaksi detikpos.id
Ingin berita terbaru seputar pendidikan dan kebijakan nasional? Ikuti terus kanal Nasional kami di detikpos.id