Detikpos.id – Perjalanan sejarah Islam adalah kisah epik yang mengubah wajah dunia. Dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW di Makkah, Islam berkembang menjadi sebuah peradaban raksasa yang menorehkan kejayaan dalam ilmu pengetahuan, politik, seni, dan ekonomi. Namun, seperti roda sejarah yang berputar, kejayaan itu pun mengalami kemunduran, hingga kekhalifahan terakhir — Ottoman — runtuh pada awal abad ke-20.
Awal Risalah: Cahaya di Tengah Jahiliyah
Tahun 610 M, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira. Risalah tauhid yang beliau bawa menentang praktik jahiliyah: penyembahan berhala, ketidakadilan sosial, dan dominasi elit Quraisy. Setelah 13 tahun penuh tekanan di Makkah, beliau hijrah ke Madinah pada 622 M.
Di Madinah, Rasulullah SAW mendirikan masyarakat baru yang egaliter, dengan Piagam Madinah sebagai cikal bakal konstitusi multikultural. Islam kemudian berkembang pesat, menyatukan suku-suku Arab yang selama berabad-abad terpecah belah.
Era Khulafaur Rasyidin: Ekspansi dan Fondasi
Sepeninggal Rasulullah SAW, kepemimpinan Islam dipegang para khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Di era ini, Islam bukan hanya agama, tetapi juga kekuatan politik. Ekspansi besar-besaran terjadi: wilayah Islam meluas ke Syam, Persia, Mesir, hingga Afrika Utara.
Umayyah dan Abbasiyah: Puncak Peradaban
Dinasti Umayyah (661–750 M) menjadikan Damaskus sebagai pusat pemerintahan. Mereka memperluas wilayah hingga Spanyol (Andalusia) dan India. Namun, mereka banyak dikritik karena politik yang dinilai aristokratis.
Dinasti Abbasiyah (750–1258 M) dengan pusat di Baghdad melahirkan masa keemasan Islam. Baitul Hikmah berdiri sebagai pusat ilmu, tempat lahirnya tokoh-tokoh besar: Al-Khawarizmi (bapak aljabar), Ibnu Sina (kedokteran), Al-Farabi (filsafat), hingga Al-Biruni (astronomi). Baghdad menjadi kota kosmopolitan terbesar dunia kala itu.
Namun, kejayaan ini runtuh setelah Mongol menghancurkan Baghdad (1258 M), membunuh khalifah dan menghancurkan perpustakaan berisi ribuan manuskrip.
Bangkitnya Ottoman: Penyambung Estafet Kekhalifahan
Di tengah kekacauan, muncul Dinasti Ottoman (Utsmaniyah) yang didirikan oleh Osman I pada akhir abad ke-13 di Anatolia (Turki).
Puncak kejayaan Ottoman terjadi di bawah Sultan Mehmed II (1453) yang menaklukkan Konstantinopel — ibukota Bizantium — dan menggantinya menjadi Istanbul. Peristiwa ini menjadi titik balik besar dalam sejarah dunia, menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi Timur dan lahirnya Istanbul sebagai pusat Islam baru.
Di bawah Suleiman al-Qanuni (Suleiman the Magnificent, 1520–1566), Ottoman mencapai puncak kekuatan. Wilayahnya membentang dari Eropa Timur (Balkan, Hungaria), Timur Tengah (Arab, Mesir), hingga Afrika Utara. Ottoman juga menguasai jalur perdagangan penting, menjadikan mereka kekuatan global sejajar dengan kerajaan Eropa.
Kemunduran dan Runtuhnya Ottoman
Namun, kejayaan Ottoman perlahan memudar. Ada beberapa faktor utama:
- Kemandekan Intelektual
Dunia Islam berhenti mendorong ijtihad dan inovasi ilmiah, sementara Eropa mengalami Renaissance dan Revolusi Sains. - Korupsi dan Birokrasi Lemah
Kesultanan yang terlalu luas sulit dikendalikan. Intrik istana, korupsi, dan sistem pemerintahan yang kaku melemahkan negara. - Tekanan Eropa
Eropa bangkit melalui kolonialisme, revolusi industri, dan kekuatan militer modern. Ottoman tertinggal dalam teknologi persenjataan dan ekonomi. - “Sick Man of Europe”
Pada abad ke-19, Ottoman dijuluki “orang sakit Eropa” karena kelemahan politik dan ekonomi yang membuat mereka menjadi sasaran kekuatan asing.
Akhirnya, kekhalifahan Ottoman resmi runtuh setelah Perang Dunia I. Pada tahun 1924, Mustafa Kemal Atatürk secara resmi menghapus lembaga kekhalifahan, menandai berakhirnya lebih dari 13 abad kepemimpinan Islam secara global.
Warisan yang Abadi
Meski runtuh, jejak Islam tetap terpatri dalam peradaban dunia. Sistem ilmiah, arsitektur, filsafat, hingga tata kota modern banyak terinspirasi dari peradaban Islam. Hingga kini, umat Islam — yang kini mencapai lebih dari 2 miliar jiwa — masih menjadi kekuatan penting dalam percaturan global.
📰 Catatan Redaksi: Artikel ini disusun berdasarkan rangkuman dari karya-karya sejarawan dunia, termasuk History of the Arabs (Philip K. Hitti), The Venture of Islam (Marshall Hodgson), serta catatan klasik Ibnu Khaldun, Al-Tabari, dan sumber-sumber akademik modern tentang Ottoman.
Penyusun : Tim Redaksi detikpos.id






