Detikpos.id, Lampung Timur — Warga Desa Braja Sakti, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur kembali dibuat resah. Enam ekor gajah liar dilaporkan masuk ke kawasan permukiman dan merusak area persawahan warga pada Rabu, 2 Juli 2025.
Kawanan gajah yang diduga berasal dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK) itu muncul sekitar pukul 02.00 WIB. Hewan-hewan berbadan besar ini langsung memasuki lahan pertanian warga, merobohkan tanaman padi.
“Yang masuk kali ini enam ekor sekaligus. Kami hanya bisa pasrah melihat sawah kami diinjak kawanan gajah,” ungkap seorang petani yang lahannya rusak diinjak.
Sejumlah warga bahkan harus berjaga sepanjang malam karena khawatir kawanan gajah kembali masuk lebih dalam ke pemukiman.
“Kami benar-benar trauma. Anak-anak tidak bisa tidur, warga tidak tenang. Ini bukan kejadian pertama, tapi kali ini jumlahnya lebih banyak,” ujar warga yang sawahnya ikut rusak.
Menanggapi kejadian tersebut, Sekretaris Desa Braja Sakti, Beny Setiawan, menyampaikan pernyataan mewakili para petani.
“Kami atas nama Petani dan Pemerintahan Desa Braja Sakti sangat prihatin dan menyayangkan peristiwa masuknya enam ekor gajah liar ke area persawahan warga pada dini hari tadi. Padahal Desa Braja Sakti bukan Desa Penyangga dan berjarak lumayan jauh dari Wilayah TNWK, namun Gajah-gajah bisa sampai ke Desa kami. Kejadian ini telah menimbulkan kerusakan terhadap lahan pertanian masyarakat kami, dan menyebabkan keresahan di tengah warga.”
“Perlu kami sampaikan bahwa ini bukan kali pertama terjadi. Konflik antara satwa liar dan warga semakin sering, dan menimbulkan kerugian secara ekonomi maupun psikologis. Kami berharap kepada pihak Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK), meningkatkan penjagaan atau pengamanan terhadap kemungkinan Gajah-gajah yang keluar dari wilayah TNWK.”
“Kami berharap pemerintah daerah, Balai TNWK, dan pihak-pihak terkait segera mengambil tindakan nyata dan terukur. Warga kami butuh kepastian dan perlindungan. Jangan tunggu sampai ada korban jiwa. Kami siap berkolaborasi untuk solusi jangka panjang demi keselamatan manusia dan kelestarian satwa.”
Kejadian ini semakin menambah daftar panjang konflik antara manusia dan satwa liar di TNWK. Para aktivis lingkungan menilai perlu pendekatan yang lebih humanis dan komprehensif, baik dalam pengamanan lahan warga maupun perlindungan habitat satwa.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Balai TNWK belum memberikan pernyataan resmi terkait langkah penanganan terhadap enam ekor gajah yang masih berkeliaran di sekitar area pertanian tersebut.
Pewarta: Nurfya